Jakarta, CNN Indonesia --
Tidak banyak yang tahu Oei Hui Lan, perempuan Tionghoa-Indonesia kelahiran Semarang, Jawa Tengah, pernah menjadi Ibu Negara China.
Oei Hui Lan yang dikenal sebagai Madame Wellington Koo merupakan mantan istri dari Presiden China pada 1926-1927 Wellington Koo atau Koo Vi Kyuin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oei Hui Lan merupakan putri dari crazy rich Semarang pada masanya, Oei Tiong Ham. Oei Tiong Ham merupakan pengusaha keturunan Chuina yang lahir di Semarang pada 1866.
Ayah Oei Hui Lan merupakan taipan kelas kakap yang punya julukan Raja Gula dari Semarang.
Saat Oei Hui Lan kecil, sang ayah juga sempat menjadi orang terkaya di Asia Tenggara. Sang ibu bernama Goei Bing Nio dan Oei Hui Lan memiliki kakak perempuan bernama Oei Tjong Lan.
Dalam memoarnya berjudul "No Feast Last Forever" yang terbit pada 1975, Oei Hui Lan keluarganya meninggalkan Jawa dan pindah ke Inggris. Saat itu, Oei Hui Lan berusia sekitar 16 tahun.
Sebelum bertemu dan menikah dengan Wellington Koo, perempuan kelahiran 1899 itu sempat menikahi pria Irlandia yang saat itu menjabat sebagai diplomat di konsulat Inggris di Semarang, Beauchamp Forde Gordon Caulfield-Stoker, pada 1909.
Keduanya memiliki satu anak laki-laki Bernama Lionel Montgomery Caulfield-Stoker. Namun, sekitar 1920, keduanya bercerai di London.
Menurut laporan media pada masa itu, pernikahan Oei Hui Lan dan Culfield-Stoker tidak mudah.
Berbagai laporan menceritakan bahwa sikap dan persoalita Oei Hui Lan yang ambisius terhadap kelas sosial membuat sang suami saat itu terdistraksi" hingga memutuskan berpisah.
Dalam memoarnya, Oei Hui Lan bercerita pertemuannya dengan Wellington Koo berawal dari sang kakak, Tjong Lan, yang saat itu sudah tinggal di Paris, Prancis.
Suatu hari, Tjong Lan mengirim Telegram kepada ibunya menganjurkan untuk cepat mengunjungi Paris secepatnya. Sebab, salah satu kolega suaminya mengaku ingin berkenalan dengan Oei Hui Lan.
Sosok itu ialah Wellington Koo, yang saat itu merupakan diplomat delegasi pemerintah China yang sedang mengadakan pembicaraan soal perdamaian Perang Dunia I di Paris.
Tjong Lan bercerita Wellington Koo meminta dikenalkan kepada Oei Hui Lan setelah melihat fotonya di rumah kakaknya itu.
Saat itu, Wellington Koo berusia 32 tahun dan berstatus duda lantaran sang istri meninggal dunia.
Wellington Koo merupakan wakil China di Amerika Serikat dan lulusan Columbia University. Tjong Lan pun bersikukuh memperkenalkan sang adik meski Oei Hui Lan sendiri mengaku tidak tertarik dengan Wellington Koo.
"Bayangkan duda berusia 32 tahun! Namun ibu begitu bersemangat. Dengan ogah-ogahan saya pun ikut ke Paris," ucap Oei Hui Lan dalam memoarnya.
Kesan Oei Hui Lan saat melihat Wellington Koo juga tidak baik. Lelaki itu dianggap terlalu tua dengan setelah kuno jika dibandingkan lelaki seusia Oei Hui Lan.
Tak seperti Oei Hui Lan, Wellington Koo tak terlalu memperdulikan penampilan dan fesyen, bahkan cenderung apa adanya.
Dalam memoarnya, Oei Hui Lan bahkan kaget kalau pakaian Wellington Koo bukan buatan penjahit Inggris terkemuka dan hanya dibeli dari sembarang toko biasa di AS, terlepas dari status dan jabatan pentingnya.
Meski dianggap orang penting pemerintah China, Wellington Koo berasal dari keluarga yang berkecukupan.
"Setelah menjadi uami saya, mau juga ia memanjangkan rambutnya dan mengganti pakaiaannya dengan yang lebih anggun," cerita Oei Hui Lan dalam memoarnya.
Oei Hui Lan bercerita selama masa penjajakan Wellington Koo juga tidak berdansa, tidak tahu soal menunggang kuda, dan bahkan tidak bisa menyetir mobil--kebalikan dari dirinya.
Namun, Oei Hui Lan mengaku terkesima karena terlepas dari kesederhanaan Wellington Koo, calon suaminya sangat dipandang banyak orang.
"Sebagai orang nomor dua dalam delegasi (China), ia (Wellington Koo) mendapat fasilitas mobil dan sopir dari pemerintah Prancis. Saya terkesan," tulis Oei Hui Lan.
"Wellington Koo begitu penting rupanya, sehingga pemerintah negara asing menyediakan mobil berpelat diplomatik baginya."
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>